Home » » Cara Mengatasi Anak Yang Brutal

Cara Mengatasi Anak Yang Brutal

mengatasi anak yang suka mengancam
Seiring dengan pertumbuhan fisik dan mental anak, maka akan banyak hal yang berubah pula dalam pola berfikir dan perilakunya. Biasanya keinginan yang muncul pada anak umumnya memiliki hasrat yang besar untuk segera dikabulkan. Hal itu wajar terjadi karena sikecil dengan pola pikir anak-anak masih bisa mengendalikan emosi dan keinginannya.

Yang dikhawatirkan adalah ketika ruang lingkup pergaulan sang anak sudah semakin melebar, kita sebagai orang tua akan lebih sulit dalam mengontrol kebiasaannya.
Dengan pergaulan yang tidak terkontrol bisa mengakibatkan sikecil berubah menjadi liar dan brutal. Biasanya hal itu terjadi karena keinginannya tidak segera didapat. Bisa saja anak jadi terbiasa mengancam, meskipun kadang mereka tidak mengeri apa sebenarnya arti ancaman tersebut.

Misalnya saja dia bilang “ Ya udah kalau gak dikasih es krim saya gak mau pergi mengaji “ atau bahkan ancaman lain yang sifatnya kekerasan dan brutal.
Memiliki anak yang seringkali mengancam tentu akan membuat para orangtuanya frustasi dan jengkel, untuk itu jika anda memiliki anak yang suka mengancam sebaiknya berhati-hati. Jangan sampai perilakunya ini terbawa hingga mereka dewasa. Sebab ketika mereka dewasa, bisa jadi bukan hanya anda yang menjadi target ancamannya, mungkin saja mereka juga mengancam orang-orang disekitarnya.

Kemampuan anak untuk mengancam orang lain biasanya dimulai ketika anak telah berusia 5 hingga 8 tahun. Sebab pada usia ini, anak sudah memiliki kemampuan kognitif yang lebih matang dibandingkan sebelumnya. Selain itu, mereka juga cenderung akan lebih kritis serta telah memiliki kemampuan analisa yang lebih tajam.

Biasanya ancaman yang dilontarkan anak terhadap orang tua maupun orang lain bersumber dari memori atau ingatannya. Hal inilah yang kemudia akan membuat anak mengancam seseorang. Kalau intensitas ancaman tersebut masih dalam hal-hal yang lumrah kita masih bisa mentolerir, tapi ada banyak kasus yang lebih parah ketika sang anak melakukan ancaman dengan menyakiti dirinya atau orang disekitarnya

Jika anda mendapati anak anda sering melakukan ancaman seperti demikian berikut adalah beberapa cara untuk menghadapinya.

Raihlah anak kita

Jika sampai terjadi ancaman yang dapat membahayakan dirinya atau orang-orang disekitanya, segera raih dia dan beri keterangan yang dapat menenangkan dia. Ungkapan rasa sayang kita kepadanya, misalnya dengan segera memeluk dia, mengusap-usap kepalanya atau kalau usianya masih tergolong kecil gendonglah dia ( kalau sudah besar kan berat gendongnya ) katakanlah kalau kita itu sayang dia. Gak masalah kalau kita menanyakan apakah dia gak sayang sama kita ?
Secara naluriah seorang anak akan mengatakan kalau dia sayang sama kedua orang tuanya. Tunjukanlah kalau kita sangat sedih dengan ancamannya, jangan sungkan kalau kita sampai menangis dihadapannya, toh kita menangis karena kita sayang dia, bukan menangis karena anak kita itu durhaka. Dengan keadaan demikian maka biasanya sang anak akan bisa mengerti apa yang dimaksud oleh kedua orang tuanya.

Jangan membalas dengan ancaman

Ketika mendapati anak kita melakukan ancaman, baik yang berbahaya maupun tidak maka kita sebagai orang tuanya jangan membalas dengan ancaman. Hal tersebut malah menambah buruk keadaan. Dan lebih parahnya dia akan menganggap bahwa ancaman itu sangat lumrah untuk dilakukan, karena orang tuanyapun melakukan hal yang sama. Bantahlah ancamannya dengan perkataan yang lembut sehingga bisa meredam emosinya yang sedang meledak-ledak. Dengan sikap kita yang lembut maka sang anak akan cepat mereda kemarahnnya, lain halnya jika kita membalasnya dengan kemarahan.

Buang benda berbahaya disekitarnya

Jika tingkat keparahan dari ancaman yang diberikan si kecil sudah jauh melampaui batas seperti melukai dirinya sendiri dengan menggunakan benda berbahaya. Segeralah menyingkirkan benda-benda yang berbahaya seperti pisau atau alat tumpul lainnya yang kita anggap bisa digunakan untuk melukai dirinya sendiri atau orang lain.
Tapi sebaiknya jangan kita lakukan ketika sang anak masih dalam keadaan emosi yang tinggi. Kalau dia melihat kita menyingkirkan benda berbahaya secara langsung saat itu, maka memori sang anak akan menyimpan hal yang tidak kita duga, yaitu mereka meyakini kalau benda-benda tersebutlah yang dapat digunakan untuk melukai orang dan sangat kita takutkan. Ingatlah kalau semasa isua 5 – 8 tahun kecerdasan pola pikir anak sudah mulai terbentuk. Dia akan menganggap benda-benda tersebutlah yang sangat tepat jika digunakan untuk melakukan ancaman.

Beri perhatian lebih

Bila kebiasaan mengancam itu sudah sering dilakukan, berilah perhatian yang lebih dari biasanya, jangan beri kesempatan anak untuk melakukan hal tersebut. Pada dasarnya gak ada orang tua yang tidak ingin memberikan apa saja yang diinginkan anaknya. Hanya saja tepat atau tidaknya hal yang diinginkan anak kita trsebut. Seringlah berkomunikasi dengan anak kita agar terjadi keharmonisan dan berilah contoh-contoh kejadian yang berbahaya jika kita melakukan hal tersebut.
Ketika terjadi komunikasi dua arah antara kita dan anak kita, berilah kesempatan dia untuk menumpahkan segala unek-uneknya. Jadilah pendengar yang baik, jangan sampai anak kita berbicara kita malah asyik melakukan aktifitas yang lain.
Ajarkan anak untuk mengatasi emosinya. Berilah pemahaman kalau segala sesuatu itu tidak dapat diperoleh dengan seketika, segala sesuatu itu butuh proses. Maka jika anak sudah sering mendapat bimbingan tentang hal tersbut lambat laun mereka akan mengerti dan bisa belajar untuk mengendalikan emosinya.

Buat dirinya merasa lebih baik

Maksud dari kalimat tersebut adalah beri kesan yang lebih ketika anak bisa melakukan hal yangn baik. Misalnya dia mampu membuat gambar sebuah rumah, maka tanamkan lah kesan kepadanya kalau kemampuannya itu sangat baik. Katakanlah kalau kita sewaktu kecil dulu malah gak bisa membuat gambar rumah sebaik dia. Berilah pengahrgaan kepdanya meskipun gak harus berupa barang atau uang, tapi yang lebih mudahnya berilah penghargaan dengan pujian atau ciuman kasih sayang.

Sobat netter….
Pada intinya segala sesuatu masalah tidak ada jalan keluarnya, sedangkan jalan keluar tidak akan ketemu kalau kita tidak tahu akar permasalahannya. Oleh karena itu coba pahami sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan anak kita sehingga emosinya menjadi tidak terkontrol.
Intinya seringlah berkomunikasi dan berkumpul sama anak kita, saling bertukar pengalaman dan jadilah pendengar yang baik ketika anak kita menceritakan segala keluh kesahnya.
Oke sobat…

Rupanya cukup sekian dulu yang bisa saya persembahkan semoga bisa bermanfaat.
Terima kasih atas kunjungannya dan sampai jumpa di tips berikutnya
Share this article :

Post a Comment

Komentar anda adalah motifasi saya
Mohon kerja samanya untuk tidak pasang link aktif pada komentar

 
Copyright © 2014. SEKILAS INFO - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Proudly powered by Blogger